Selasa, 20 Agustus 2013

Selasa, 13 Agustus 2013

CINTA DI UJUNG CERITA





 Cerpen By : Bambang Sunario
Kata pengantar
Cerpen ini adalah cerpen pertama yang saya buat pada tahun 2013 tepatnya bulan Agustus, cerpen ini saya buat kurang lebih selama 3 minggu, waktu yang cukup lama, perlahan saya membuat cerpen ini dengan penuh penghayatan, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada LKP Ide.com karena telah menyediakan sarana dalam pembuatan cerpen ini.


Penulis

Bambang S

Suara gemuruh siswa/siswi di kelas XII IPA serentak berhenti setelah Bu Tina masuk dan membawa seorang Siswi baru bernama Vana, kemudian Bu Tina memperkenalkan Vana kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, setelah perkenalan selesai, Vana dipersilahkan duduk untuk memulai pelajaran hari ini, dan kebetulan kursi di sebelah seorang siswi bernama Vika tak ada yang menempati, dan Vana pun duduk di sebelah Vika dan berkenalan dengan Vika, namun di sisi lain ada seorang siswi bernama Ervina yang tidak suka dengan Vana, (maklum Vana kan cantik), Ervina pun melemparkan sebuah kertas yang bertuliskan “heh.. lo jangan macem-macem,di sini gue yang paling cantik”, namun Vana hanya membalas senyuman dengan menatap wajah Ervina. 
Kehadiran seorang siswi baru bukanlah hal yang menyenangkan bagi Ervina, karena dari sekian banyak siswi di sekolah tersebut, Ervina lah yang paling cantik, namun dengan hadirnya Vana di sekolah tersebut, kecantikan Ervina menjadi tersaingi oleh Vana, apalagi Vana adalah siswi cantik dan baik hati, berbeda dengan Ervina yang angkuh terhadap siswi lain, dengan gaya yang sok dan angkuh,Ervina yang merasa kecantikannya tersaingi oleh Vana, berniat akan terus mengganggu Vana.
Kring kring kring,waktu istirahat pertama pun telah tiba,semua siswa keluar ruang kelas untuk melanjutkan aktivitasnya masing-masing,termasuk Vika,namun tidak dengan Vana dan Ervina,Vana sibuk dengan buku tulisnya, sedangkan Ervina yang sejak tadi ingin mengganggu Vana hanya terdiam berfikir apa yang akan dia lakukan terhadap Vana, namun seketika Ervina menemukan sebuah ide untuk mengganggu Vana, dengan cara yang sedikit lembut, Ervina mengajak Vana untuk pergi ke kantin bersamanya.

Ervina            : Vana, ke kantin yuk  makan mie ayam, ntar gue yang traktir dech.
Vana               : (Vana kaget, terbisik
keraguan dalam hatinya), oh iya duluan aja, aku masih kenyang.
Ervina            : ayolah, gue laper nich.
Vana               : (dengan hati yang sedikit
ragu,Vana menerima tawaran Ervina), ya udah dech ayo.
Ervina            : (siap-siap aja lo gue kerjain), yuk.

Setelah tiba di kantin, Vana melihat cowok keren dan tampan sedang menikmati mie ayam, ia terus memandangi cowok itu, seketika Vika datang.

Vika                : hey,ngeliatin siapa?
Vana               : eh kamu,itu loh cowok
keren banget,bisa gak ya kenalan sama dia?
Vika                : oh itu sepupu aku,
namanya Andika.
Vana               : oh itu sepupu kamu,
kapan-kapan boleh ya        dikenalin.
Vika                : iya boleh.
Ervina            : eh Van, jadi gak nich makan mie ayamnya?
Vana               : iyah jadi, oya Ka, kamu
mau makan apa?
Vika                : aku enggak makan dech,
pesen jus jeruk aja.
Vana               : ya udah kalo gitu, jus
jeruknya 1 ya Er.
Ervina            : iya.

Ervina langsung memesan 2 mangkok mie ayam dan 1 gelas jus jeruk, namun Ervina tak ingin si pemilik kantin yang mengantar mie ayam tersebut ke meja mereka, Ervina lalu mengambilnya, kemudian Ervina menambahkan 4 sendok cabai ke dalam mangkok Vana, Vana tak mengetahui hal itu, karena Vana asik berbincang-bincang dengan Vika tentang Andika, Namun Vika tak sengaja melihat Ervina yang menambahkan 4 sendok cabai ke dalam mangkok Vana, lalu Vika membisikkan sebuah kalimat tentang apa yang ia lihat kepada Vana, Vana pun mengerti apa yang harus ia lakukan.
Tak lama kemudian Ervina membawa 2 mangkok mie ayam dan 1 gelas jus jeruk, kemudian ia memberikan 1 mangkok mie ayam kepada Vana, Vana yang mengetahui bahwa mie ayamnya di beri 4 sendok cabai langsung melakukan sebuah tindakan, ia berdiri dan membawa jus tomat milik Vika, kemudian ia berpura-pura menumpahkannya ke baju Ervina.

Ervina            : (kaget), oh no, baju gue basah.
Vana               : uh maaf maaf Er, enggak
sengaja.
Ervina            : ok gak papa, (sedikit marah), gue ke toilet bentar ya.
Vana               : iya.

Kemudian Ervina pergi ke toilet untuk membersihkan bajunya yang basah, di samping itu Vana langsung menukar mie ayamnya dengan mie ayam milik Ervina, Vika pun memberikan senyuman kepada Vana dan berkata “mantap”.
Tak lama kemudian Ervina kembali, dan mengajak Vana dan Vika untuk menikmati pesanannya masing-masing, setelah makanan mereka habis, Ervina mengeluh karena perutnya terasa perih, kemudian Ervina kembali ke toilet, Vika dan Vana tertawa ngakak melihat Ervina yang bolak-balik ke toilet.

Vika                : hahahaaha rasain lo, kita
di kerjain, mana bisa, hahahaa….
Vana               : udah udah jangan di
ledekin gitu, ntar dia denger bisa berabe kita, tapi makasih ya kamu udah ngasih tau, coba kalo enggak, pasti yang bolak-balik ke toilet itu aku.
Vika                : iyah sama-sama, kita kan
flend, jadi harus saling membantu dan melindungi, tapi dia memang pantes dapet itu semua, dia kan cewek super sok yang ada di sekolah ini.
Vana               : hehehe ya udah kita ke
kelas yuk, udah mau masuk nich, Ervina kita tinggal aja.
Vika                : iyah ayuk.

Di dalam toilet Ervina merasa heran, mengapa ia yang sakit perut, seharusnya Vana yang mengalami itu.

Ervina            : kurang ajar, rencana gue gagal, tapi inget Vana, gue enggak bakal berhenti sampe di sini. (emosi tingkat tinggi)

Namun tak sengaja Andika yang sedang di dalam toilet mendengar apa yang di katakan oleh Ervina, dan Andika berfikir (hah Vana,itu kan murid baru yang di kelas tadi?). Lalu Andika masuk ke kelas, Vana kaget melihat Andika masuk ke kelasnya.

Vana               : (itu kan sepupunya Vika,
ngapain dia ke sini).
Andika           : hay Vana.
Vana               : hay juga,ngapain di sini?
Andika           : mau masuk, ini kan kelas aku juga.
Vana               : hah kok aku baru liat ya?
Andika           : ya jelas kamu baru liat,
kita kan belum kenal, jadi kamu belum tau siapa aku.
Vana               : hehehe gitu ya.
Andika           : iyah.
Vika                : cie cie, ehem Vana, lagi
PDKT nich.
Vana               : apaan sich kamu?
Vika                : heheee enggak kok, oya
ntar malem ada acara enggak?
Vana               : kayaknya enggak, emang
kenapa?
Vika                : maen ke bioskop yuk, ntar

malem filmnya seru loh, sekalian ajak tuch Andika biar rame.
Vana : apaan sich Vika ini. (tersipu malu).
Andika           : jadi gimana Van, mau gak?
Vana               : hemmmm iya dech mau.
Vika                : nach gitu dunk, dari tadi
kek.

Seluruh siswa duduk di kursinya masing-masing karena Bu Tina sudah memasuki ruang kelas, Bu Tina memberikan tugas matematika kepada seluruh siswa, dan tugas tersebut harus di kumpul besok, Vana yang semula merasa senang karena akan pergi ke bioskop bersama Andika, kini ia merasa sedih, karena ia memikirkan PR matematika.

Vana               : (yah gak jadi dech).
Vika                : sssttttt.. sstttttt... kenapa
ngelamun?
Vana               : eh kamu ngagetin aja, enggak kok.
Vika                : ntar pulang bareng ya.
Vana               : iya.

Kring kring kring, bunyi bel jam terakhir pun telah tiba, kini seluruh siswa bertaburan keluar ruangan untuk meninggalkan sekolah, namun Vika dan Vana masih berada di ruang kelas, mereka sedang asyik membicarakan tentang rencana malam ini.

Vika                : eh Van, nanti malem jadi enggak ke bioskop?
Vana               : Vika, kita kan punya PR
dari Bu Tina.
Vika                : alah udah enggak usah
mikirin PR, yang penting jadi enggak kita pergi ke bioskop?
Vana               : (Vana bingung).
Vika                : kenapa ngelamun?
Vika                : oh maaf maaf, hemmm
gimana ya, iya dech jadi, tapi kalo Bu Tina marah gimana?
Vika                : udah gak usah dipikirin,
yang penting kita happy dulu, oke.
Vika                : oke dech.

Kemudian mereka pulang untuk menyusun rencana malam ini, sesaat setelah mereka sedang melangkah keluar kelas, Ervina datang menghampiri mereka.

Ervina            : eh pada ngomongin apa
tadi. (dengan nada sedikit nyolot).
Vana               : enggak kok, Cuma
ngomongin masalah PR Matematika.
Ervina            : udah gak usah bohong lo,
gue tau lo berdua ngomongin masalah bioskop kan, sama siapa lo berdua nonton?
Vika                : eh Er, kamu gak usah ikut
campur dech, ini urusan kami, bukan urusan kamu (marah).
Vana               : (mencoba melerai), udah
Vika, jangan marah-marah, nanti berantem, yuk kita pulang aja!

Sambil melangkah pergi, Vika tetap melirik Ervina untuk melampiaskan kemarahannya, namun Vana mencoba untuk meredakan emosi Vika. Saat sedang melangkah, Vika mendapat telpon dari seseorang, ternyata itu Andika.

Andika           : halo Vika, nanti malem jadi enggak ke bioskop?
Vika                : jadi kok!
Andika           : Vana gimana?
Vika                : (menoleh ke Vana), dia
nanyain kamu!
Vana               : siapa?
Vika                : Andika, hehehee.
Vana               : (tersenyum malu).
Andika           : Vika, kok malah pada  ribut sendiri, jadi Vana gimana, ikut enggak nanti malem?
Vana               : eh sorry Ka, Vana ikut
kok.
Andika           : ya baguslah, ya udah  selamat bertemu nanti malem ya!
Vika                : oke.

Kemudian Vika dan Vana melanjutkan perjalanan mereka ke rumah masing-masing. Waktu telah berlalu, malam pun telah tiba, Vana segera bersiap-siap untuk mengganti bajunya, namun Vana yang memiliki sifat baik dan sedikit tomboy, hanya mengenakan pakaian seadanya, ia merasa tak ingin orang lain menyukainya karena penampilannya yang menawan, ia hanya ingin orang lain menyukainya dengan apa adanya, tanpa ada hal lain yang membuat orang lain menyukainya. Di waktu lain Andika yang telah sampai lebih dulu di depan gedung bioskop, kini berharap cemas, ia khawatir jika Vika dan Vana tak datang ke bioskop, namun tak lama kemudian Vana datang, namun tak bersama Vika, Vana yang sedikit pemalu dan Andika yang nervous abis, hanya diam tanpa kata, kemudian Vana menelpon Vika, dan ternyata Vika tak dapat datang dengan alasan sakit perut, padahal tidak, Vika memiliki rencana untuk mereka berdua, Vika ingin mereka saling mengenal lebih dalam agar dapat memulai hubungan mereka dengan baik, namun Vana dan Andika tak ada yang memulai pembicaraan, mereka hanya diam diam dan diam, tapi dengan sedikit keberanian, Andika mengeluarkan satu kalimat untuk Vana, “masuk yuk”, Vana langsung gemetar tak karuan mendengar Andika berbicara, tapi Vana meberanikan diri untuk ikut masuk ke bioskop bersama Vana, akhirnya mereka masuk ke bioskop dan duduk bersampingan, saat suasana tegang, Vana yang ketakutan karena filmnya sedikit serem, dengan tidak sengaja Vana memeluk Andika, Andika kaget (oh Vana, kenapa enggak dari tadi), Vana yang menyadari hal itu langsung meminta maaf kepada Andika.

Vana               : uhft maaf Ka.
Andika           : iya gak apa-apa.

Mereka yang hanya bisa menyembunyikan perasaannya  masing-masing hanya bisa diam memalu, tak lama kemudian Vana yang sedari tadi sudah merasakan kantuk, langsung tertidur di bahu Andika, Andika sangat senang, kemudian dengan memberanikan diri, Andika membelai rambut Vana (Van, aku itu suka sama kamu, tapi aku belum berani bilang sama kamu). Perlahan Andika membuka jaket yang di pakainya untuk menutup tubuh Vana. Vana pun tertidur hingga film usai, tak lama kemudian Andika membangunkan Vana, Vana yang menyadari dirinya berada di bahu Andika, langsung bangun dan menggeserkan badannya dari Andika, Vana terlihat bingung saat melihat ada sebuah jaket di badannya, Andika yang mengetahui hal itu langsung mengakui bahwa itu jaket miliknya.

Andika           : itu jaket saya, tadi kamu  ketiduran, makanya saya selimutin kamu pake jaket saya.
Vana               : makaish ya Ka. (perhatian  
banget kamu).
Andika           : iya sama-sama, pulang  yuk, udah malem!
Vana               : ayuk.

Mereka pun melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah, namun saat berada di depan bioskop, tiba-tiba datang 3 orang dengan wajah bertopeng, mereka adalah suruhan Ervina, dan mereka langsung memegang Vana, Andika yang tak ingin Vana terluka, langsung menghajar satu persatu orang bertopeng itu, namun sial bagi Andika, ia terkena tusukan sebilah pisau saat mencoba menyelamatkan Vana, dan Andika langsung terkapar, Vana menangis melihat Andika terluka.

Vana               : Ka, maafin aku ya udah
bikin kamu terluka. (terus menangis).
Andika           : iyah enggak apa-apa Van. (merintih kesakitan).

Lalu dengan sekuat tenaga Vana mencoba untuk membantu Andika berjalan, Andika merasa dirinya mendapatkan perhatian lebih dari Vana, namun Andika yang masih tetap belum berani mengungkapkan isi hatinya hanya diam dan melamun. Tak lama kemudian Vana dan Andika sampai di sebuah Rumah Sakit dan langsung menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Beberapa jam kemudian dokter yang menangani Andika keluar dan mengatakan bahwa Andika baik-baik saja.
Vana merasa senang mendengar kabar itu, ia pun langsung masuk ke ruangan untuk memastikan kondisi Andika baik-baik saja.

Vana               : gimana Ka, baik-baik aja   
kan?
Andika           : iya aku baik-baik aja,  kamu enggak pulang.
Vana               : hmmm enggak, aku
pengen di sini nemenin kamu.
Andika           : aku enggak kenapa- kenapa kok, kamu pulang aja, besok kan sekolah!
Vana               : hmmm bener enggak apa-
apa?
Andika           : iyah Vana.
Vana               : ya udah kalo gitu aku
pulang ya!
Andika           : okeh, hati-hati ya.
Vana               : (tersenyum).

Keesokan harinya Vana pergi ke sekolah, sampai di sekolah ia baru ingat kalo PR Matematikanya belum di kerjakan.

Vana               : ya ampun PR ku belum
aku kerjain, gimana nich?
Tiba-tiba Vika datang.
Vika                : kenapa Van?
Vana               : aku belum ngerjain PR!
Vika                : terus gimana, hari ini kan
Bu Tina masuk jam pertama!
Vana               : aku liat PR kamu donk.
Vika                : boleh, tapi cepet ya,
bentar lagi Bu Tina masuk!
Vana               : oke!

Sial bagi Vana, saat baru membuka PR Vika, Bu Tina telah memasuki ruang kelas.

Bu Tina          : baiklah anak-anak,
keluarkan PR kalian.

Entah kebetulan atau tidak, Bu Tina secara langsung menuju ke meja Vana.

Bu Tina          : mana PR kamu Vana?
Vana               : ehmmm anu Bu.
Bu Tina          : anu anu apa, sekarang kamu maju ke depan.
Vana               : tapi Bu.
Bu Tina          : jangan tapi tapi, silahkan maju.

Bu Tina lalu menghukum Vana karena tidak mengerjakan PR , tak lama kemudian datang Ervina dari arah pintu menuju kelas, ia terkejut melihat Vana berada di hadapannya (tadi malem kan gue nyuruh orang buat nyelakain dia), lalu Bu Tina yang melihat Ervina sedang melamun langsung memarahi Ervina.

Bu Tina          : dari mana kamu, liat udah jam berapa ini?
Ervina            : maaf Bu saya telat.
Bu Tina          : sekarang keluarkan PR kamu.

Dengan penuh ketakutan, Ervina perlahan mengeluarkan PR nya, namun sayang Ervina sama sekali belum mengerjakan PR nya, dan ia pun ikut di hukum bersama Vana.
Setelah beberapa jam berdiri di depan kelas, akhirnya mereka di persilahkan duduk oleh Bu Tina.

Bu Tina          : baiklah anak-anak, cukup sekian perjumpaan kita hari ini, selamat siang semua.
Semua siswa             : siang Bu.

Bu Tina pun meninggalkan kelas, Ervina yang sedari tadi merasa heran, terus memandang Vana.

Vana               : kenapa ngeliatin saya?
Ervina            : widih GR banget lo.
Vana               : kirain kamu ngeliatin
saya.
Ervina            : iyuuuhhhh…!!!!
Vika                : oh iya, Andika kemana
kok enggak masuk?
Vana               : dia lagi di rumah sakit.
Vika                : what…??? Emang dia
kenapa?
Vana               : tadi malem ada orang mau
nyelakain aku, dia nolongin aku, malah dia kena belati.

Ervina yang mendengar itu langsung meninggalkan kelas menuju toilet, di dalam toilet iya terus-menerus mengomel tak karuan, (kok bisa sih dia baik-baik aja, kenapa yang celaka malah Andika), tak sengaja Vika mendengar hal itu, kemudian ia langsung menemui Vana.

Vika                : eh Van, tadi aku denger
Ervina ngoceh-ngoceh gak jelas gtu di toilet, pokoknya celaka-celaka gitu lach, jangan-jangan Andika celaka gara-gara dia.
Vana               : husttt apa sih, jangan
nuduh-nuduh orang tanpa bukti, gak boleh, udahlah dari pada kita ngomongin dia, mending kamu dengerin aku curhat.
Vika                : curhat apa tuch, Andika
ya? (mentertawakan Vana).
Vana               : heheheheee kamu tau
banget dech.
Vika                : kenapa, kamu suka ya
sama dia,cie…
Vana               : ah kamu sok tau dech!
Vika                : jujur aja dech, aku tau
kok!
Vana               : eheee iya Van, aku suka
sama Andika, tapi dia suka enggak ya sama aku?
Vika                : hmmmm kalo di liat dari
cara dia mandang kamu sih kayaknya dia juga suka sama kamu.
Vana               : heeeheee gitu ya?
(tersenyum sendiri).
Vika                : oya pulang sekolah ada
acara enggak?
Vana               : sepertinya gak ada,
kenapa?
Vika                : kita jenguk Andika yuk!
Vana               : ayuk, tapi kamu duluan
aja ya, soalnya aku ada urusan di rumah, bentar kok!
Vika                : oh ya udah iya.

Kring kring kring, bunyi bel jam terakhir telah tiba, masing-masing siswa berhamburan keluar, namun Vana masih tetap berada di kelas, Vana terlihat sedang melamun, iya merasa curiga dengan Ervina.

Vana               : (apa yang bikin Andika
celaka itu Ervina ya?)
Vika                : hey kenapa ngelamun,
pulang yuk?
Vana               : enggak apa-apa, aku
Cuma ngerasa curiga sama Ervina!
Vika                : pasti masalah Andika?
Vana               : iya, selama ini kan Ervina
enggak pernah suka sama aku, mungkin orang yang tadi malem mau nyelakain aku itu orang suruhan Ervina!
Vika                : hmmm bisa jadi gitu Van,
tapi tenang aja, nanti pada waktunya semua ini akan terbongkar.
Vana               : mudah-mudahan begitu!
Vika                : ah pulang yuk!
Vana               : ayuk.

Mereka pun pulang.
Beberapa jam kemudian Vika menghubungi Vana.
Vika                : eh Van, ntar jadi kan
jenguk Andika?
Vana               : jadi kok, kamu duluan aja
ya!
Vika                : okeh, jangan lama-lama
ya!
Vana               : iya.

Vika pun berangkat lebih dulu ke Rumah Sakit, sampai di Rumah Sakit, Vika melihat kondisi Andika yang terlihat memprihatinkan, tak lama kemudian Andika kejang-kejang, iya mengalami pendarahan yang luar biasa akibat tusukan yang mengenai perutnya, Vika pun terlihat panik dan langsung menghubungi dokter untuk menangani Andika.
Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan dan memberitahu Vika bahwa kondisi Andika sangat kritis dan harus segera di operasi, namun sebelum di operasi, Andika ingin Vana hadir untuk mendengar kata-kata hatinya, Vika pun langsung menghubungi Vana agar secepatnya datang ke Rumah Sakit.
Tak lama kemudian Vana datang dan langsung menuju ruang ICU tepatnya ruang yang digunakan untuk merawat Andika.

Andika           : Van, aku mau jujur sama
kamu (terlihat merintih kesakitan), aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu, maaf kalo aku baru bilang sekarang.
Vana               : Dika, aku juga suka sama
kamu, aku juga sayang sama kamu, kamu jangan tinggalin aku ya, kamu harus kuat, (menangis).

Akhirnya dokter yang akan melakukan operasi meminta Vana dan Vika untuk menunggu di ruang tunggu.
2 jam telah berlalu, namun dokter belum juga memberi kabar tentang keadaan Andika, tak lama kemudian dokter keluar dengan membawa kabar buruk tentang Andika.

Vana               : gimana dok operasinya,
apa Andika baik-baik aja? (khawatir).
Dokter            : kami mohon maaf, kami
tidak bisa menyelamtkan teman kalian, mengingat pendarahan yang di alaminya cukup serius.
Vana               : gak mungkin, Andika gak
mungkin meninggal Dok, (menangis dan langsung masuk ke ruangan Andika).
Dika, kenapa kamu tega
ninggalin aku, aku sayang sama kamu Dika, bangun Dika bangun, (menangis sedih).
Vika                : sabar Van, mungkin ini
jalan terbaik untuk kalian.

Vana terus menangisi kepergian Andika yang secepat itu.
1 tahun kemudian, kini Vana telah lulus dari bangku sekolah SMA, namun ia masih teringat kenangan bersama Andika saat masih di SMA, tapi Vana mencoba tetap tegar menghadapi kehidupan yang ia jalani saat ini tanpa kehadiran Andika di sampingnya.

SELESAI



Pesan yang dapat di ambil dari cerita ini
“jangan pernah menunda untuk mengungkapkan sebuah rasa, karena suatu saat anda akan merasakan penyesalan”
Salam Penulis.
TENTANG PENULIS

Nama          : Bambang Sunario
TTL             : Air Dadapan, 14 November 1994
E-Mail         : sunario.bambang@gmail.com 
Facebook    : Bambang Sunario
Blog : Bambang94.blogspot.com


PENDIDIKAN :
-         SD Negeri 2 Gunung Terang (2001-2003)
-         SD Negeri 1 Tanjung Raya (2003-2007)
-         SMP Negeri 2 Liwa (2007-2010)
-         SMK Negeri 1 Liwa (2010-2013)

catatan :
mohon untuk meminta izin sebelum melakukan Copy Paste cerpen ini.